Home » » Pengertian Mabadi Khaira Ummah

Pengertian Mabadi Khaira Ummah

Written By lesbumi on Senin, 26 Desember 2016 | 01.46

A.  Pengertian Mabadi Khaira Ummah

Mabadi Khaira Ummah  merupakan langkah awal pembentukan umat terbaik. Gerakan Mabadi Khaira  Ummah  merupakan  langkah  awal  pembentukan  “umat terbaik”  (Khaira  Ummah)  yaitu suatu  umat  yang  mampu melaksanakan  tugas-tugas amar makruf nahi mungkar yang merupakan bagian terpenting dari kiprah NU  karena  kedua  sendi  mutlak  diperlukan  untuk  menopang terwujudnya  tata kehidupan  yang  diridlai Allah SWT.  sesuai dengan  cita-cita  NU.  Dan  nahi mungkar,  adalah  menolak dan mencegah segala hal yang dapat merugikan, merusak dan merendahkan, nilai-nilai kehidupan dan hanya dengan kedua sendi tersebut kebahagiaan lahiriah dan bathiniyah dapat tercapai.  Prinsip  dasar  yang  melandasinya  disebut  “Mabadi  Khaira  Ummah”.

Kalimat  Khaira  Ummah  diambil  dari  kandungan  Al-Quran Surat Ali Imran ayat 110 yang berbunyi :

110.  Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

1. Tujuan Mabadi Khaira Ummah
Sementara itu kebutuhan strategis NU dewasa ini pun semakin berkembang. NU  telah  tumbuh menjadi  satu  organisasi  massa  besar.  Tetapi,  meskipun  tingkat kohesi kultural di antara warga tinggi, kita tidak dapat mengingkari kenyataan, betapa lamban   proses   pengembangan   tata   organisasinya.   Di   hampir   semua   tingkat kepengurusan  dan  realisasi  program  masih  terlihat kelemahan  manajemen  sebagai problem   serius.   Menyongsong   tugas-tugas   berat   di   massa   datang,   persoalan pembinaan tata organisasi ini perlu segera ditangani.

Jika  ditelaah  lebih  mendalam,  nyatalah  bahwa  prinsip-prinsip  dasar  yang terkandung  dalam Mabadi  Khaira  Ummah  tersebut  memang  amat  relevan  dengan dimensi  personal  dalam pembinaan  manejemen  organisasi,  baik  organisasi  usaha (bisnis)  maupun  organisasi  sosial. Manajemen  organisasi  yang  baik  membutuhkan sumber  daya  manusia  yang  tidak  saja  terampil, tetapi  juga  berkarakter  terpuji  dan bertanggung jawab. Dalam pembinaan organisasi NU, kualitas sumber daya manusia semacam ini jelas dibutuhkan.

Dengan  demikian,  gerakan Mabadi  Khaira  Ummah  tidak  saja  relevan  dengan program pengembangan ekonomi, tetapi juga pembinaan organisasi pada umumnya. Kedua  hal  ini  yang akan menjadi  arah  strategis  pembangkitan  kembali  gerakan Mabadi Khaira  Ummah kita  nantinya,  di samping bahwa  sumber daya  manusia  yang dapat dikembangkan melalui gerakan ini pun akan menjadi kader-kader unggul yang siap berkiprah aktif dalam mengikhtiyarkan kemashlahatan umat, bangsa dan negara pada umumnya.

2. Butir-Butir Mabadi Khaira Ummah dan Pengertiannya
Yang  perlu  dicermati  selanjutnya  dalah  perbedaan  konteks  zaman  antara massa gerakan Mabadi Khaira Ummah pertama kali dicetuskan dan masa kini. Melihat besar dan mendasarnya perubahan sosial yang terjadi dalam kurun sejarah tersebut, tentulah  perbedaan  konteks  itu  membawa konsekuensi  yang  tidak  kecil.  Demikian pula halnya dengan perkembangan kebutuhan-kebutuhan internal NU sendiri. karenanya  perlu  dilakukan  beberapa penyesuaian  dan  pengembangan  dari gerakan Mabadi Khaira Ummah yang pertama agar lebih jumbuh dengan konteks kekinian.

Konsekuensi-konsekuensi  dari  berbagai  perkembangan  itu  akan  menyentuh persoalan  arah  dan titik  tolak  gerakan  serta  strategi  pelaksanaannya.  Di  atas  telah dijelaskan pengembangan kerangka tujuan bagi gerakan ini. Berkaitan dengan itu pula, diperlukan  penyesuaian  dan pengembangan  yang  menyangkut  butir-butir  yang dimasukkan dalam Mabadi khaira Ummah dan spesifikasi pengertiannya.

Jika semula Mabadi Khaira Ummah hanya memuat tiga butir nilai seperti telah disebut di atas, dua butir lagi perlu ditambahkan untuk mengantisipasi persoalan dan kebutuhan kontemporer. Kedua butir itu adalah al-’Adalah dan al-Istiqamah. Dengan demikian, gerakan Mabadi Khaira Ummah kita ini akan membawa lima butir nilai yang dapat  pula  disebut  sebagai  “Al-Mabadi  Al-Khamsah”. Berikut  ini  adalah  uraian pengertian  yang  telah  dikembangkan  dari  kelima  butir  “Al-Mabadi Al-Khamsah” tersebut   disertai   kaitan   dengan   orientasi-orientasi   spesifiknya,   sesuai   dengan kerangka tujuan yang telah dijelaskan di atas:

1. As-Shidqu
Butir    ini    mengandung    arti    kejujuran / kebenaran,    kesungguhan    dan keterbukaan. Kejujuran/ kebenaran  adalah  satunya  kata  dengan  perbuatan,  ucapan dengan pikiran. Apa yang diucapkan sama dengan yang di bathin. Jujur dalam hal ini berarti  tidak  plin-plan  dan  tidak  dengan sengaja  memutarbalikkan  fakta  atau memberikan  informasi  yang  menyesatkan.  Dan  tentu  saja jujur  pada  diri  sendiri.
Termasuk  dalam  pengertian  ini  adalah  jujur  dalam  bertransaksi  dan  jujur  dalam bertukar pikiran. Jujur dalam bertransaksi artinya menjauhi segala bentuk penipuan demi mengejar keuntungan. Jujur dalam bertukar pikiran artinya mencari mashlahat dan  kebenaran  serta  bersedia mengakui  dan  menerima  pendapat  yang  lebih  baik.
Tetapi  dalam  hal  tertentu  memang  diperbolehkan  untuk menyembuhkan keadaan sebenarnya  atau menyembunyikan  informasi  seperti  telah  di  singgung  di atas.   Diperbolehkan   pula   berdusta   dalam   menguasahakan   perdamaian   memecahkan masalah kemasyarakatan yang sulit demi kemaslahatan umum. Singkat kata: dusta yang dihalalkan oleh syara’ .

2.  Al-Amanah wal-Wafa bil ‘ahd
Butir ini memuat dua istilah yang saling terkait, yakni al-amanah dan al-wafa’ bil  ’ahdi.  Yang pertama  secara  lebih  umum  maliputi  semua  beban  yang  harus dilaksanakan,  baik  ada perjanjian maupun  tidak,  sedang  yang  disebut  belakangan hanya   berkaitan   dengan   perjanjian.   Kedua   istilah   ini   digambungkan   untuk memperoleh satu kesatuan pengertian yang meliputi: dapat dipercaya, setia dan tepat janji.  Dapat  dipercaya  adalah  sifat  yang  diletakkan  pada  seseorang yang  dapat melaksanakan  semua  tugas  yang  dipikulnya,  baik  yang  bersifat  diniyah  maupun ijtima’iyyah. Dengan sifat ini orang menghindar dari segala bentuk pembekalaian dan manipulasi tugas atau jabatan.

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.
sifat dapat dipercaya, setia dan tetap janji menjamin itegritas pribadi  dalam  menjalankan  wewenang dan  dedikasi  tehadap  tugas.  Sedangkan  al-amanah wal wafa bil ’ahdi itu sendiri, bersama-sama dengan ash-shidqu, secara umum menjadi  ukuran  kredebilitas  yang  tinggi  di  hadapan  pihal  lain: satu  syarat  penting dalam membangun berbagai kerjasama.

3.  Al-‘Adalah
Bersikap adil (al’adalah) mengandung pengertian obyektif, proposional dan taat asas. Bitir   ini   mengharuskan   orang   berpegang   kepad   kebenaran   obyektif   dan memnempatkan  segala sesuatu  pada  tempatnya.  Distorsi  penilaian  sangat  mungkin terjadi  akibat  pengaruh  emosi, sentimen  pribadi  atu  kepentingan  egoistic.  Distorsi semacam ini dapat menjeruamuskan orang kedalam kesalahan fatal dalam mengambil sikap terhadap suatu persolan. Buntutnya suadah tentu adalah kekeliruan bertindak yang  bukan  saja  tidak  menyelesaikan  masalah,  tetapi  bahkan menambah-nambah keruwetan.  Lebih-lebih  jika  persolan  menyangkut  perselisihan  atau pertentangan diantara berbagai pihak. Dengan sikap obyektif  dan proporsional distorsi semacam ini dapat dihindarkan.

58.  Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.
Implikasi  lain  dari  al-’adalah  adalah  kesetiaan  kepada  aturan  main (correct)  dan rasionalitas dalam perbuatan keputusan, termasuk dalam alokasi sumberdaya dan tugas (the right man on the right place). “Kebijakan” memang sering kali diperlukan dalam  mengangani  masalah –masalah  tertentu. Tetapi  semuanya  harus  tetap  di atas landasan (asas) bertindak yang disepakati bersama.

4. At-Ta’awun
At-ta’awun merupakan sendi utama dalam tata kehidupan masyarakat : manusia tidak dapat  hidup sendiri  tanpa  bantuan  pihak  lain.  Pengertia  ta’awun  meliputi  tolong menolong,  setia  kawan  dan gotong  royong  dalam  kebaikan  dan  taqwa.  Imam  al-Mawardi mengaitkan pengertia al-birr(kebaikan)  dengan kerelaan manusia dan taqwa dengan  ridla  Allah  SWT.  Memperoleh keduanya  berarti  memperoleh  kebahagiaan yang sempurna. Ta’awun juga mengandung pengertian timbal balik dari masing-masing pihak  untuk  memberi  dan  menerima.  Oleh  karena  itu,  sikap ta’awun  mendorong setiap orang untuk berusaha dan bersikap kreatif agar dapat memiliki sesuatu yang dapat   disumbangkan   kepada   orang   lain   dan   kepada   kepentingan   bersama.
dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah [5] : 2)

5.  Istiqamah
Istiqamah    mengandung   pengertian    ajeg-jejeg,   berkesinambungan,    dan berkelanjutan. Ajeg-jejeg artinya tetap dan tidak bergeser dari jalur (thariqah) sesuai dengan  ketentuan  Allah  SWT  dan rasul-Nya,  tuntunan  yang  diberikan  oleh  salafus shalih   dan   aturan   main   serta   rencana-rencana   yang   disepakati   bersama.
Kesinambungan artinya keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegaiatan yang lain dan antara satu periode dengan periode yang lain sehingga kesemuanya merupakan satu  kesatuan  yang  tak terpisahkan  dan  saling menopang  seperti  sebuah bangunan.
Sedangkan   makna   berkelanjutan   adalah   bahwa   pelaksanaan   kegiatan-kegiatan tersebut merupakan  proses  yang  berlangsung  terus  menerus  tanpa  mengalami kemandekan,  merupakan suatu  proses  maju  (progressing)  bukannya  berjalan  di tempat (stagnant).

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushshilat [41]: 30)

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : NU | GP. ANSOR | PP Muslimat NU
Copyright © 2011. LESBUMI NU TARAKAN - All Rights Reserved
Dukungan MUI dan Kota Tarakan
Proudly powered by Blogger
}); //]]>