Jika kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan mengagungkan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah orang-orang yang paling paham mengenai sunnah Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan paling semangat dalam mengikuti setiap ajaran beliau.
Dikutip dari berbagai sumber, Peringatan Maulid Nabi SAW pertama kali dirayakan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi, beliau adalah seorang jenderal perang pejuang umat muslim yang berasal dari Tikrit Irak dan sangat ditakuti oleh tentara Salib.
Kegagahan dan keberaniannya dalam memimpin perang saat itu sudah diakui oleh berbagai kalangan, baik kawan maupun lawan. Pada masa itu, sang Jenderal Sultan Salahuddin al-Ayyubi sedang menghadapi Pasukan Salib yang datang dari seluruh benua Eropa.
Pasukan Salib datang dengan dipimpin oleh Richard yang terkenal dengan sebutan sang Hati Singa. Sultan Salahuddin al-Ayyubi lalu menyiapkan pasukannya dan menceritakan kembali riwayat Nabi Muhammad Saw.
Kisah Nabi Muhammad SAW dan juga perjuangannya dalam membela agama Allah SWT banyak sekali dan juga butuh diteladani. Terutama, perjuangan ketika Rasul ALLAH Muahammad SAW dan juga pasukannya berperang melawan musuh Allah.
Kisah-kisah Rasulullah SAW yang diceritakan terkait dengan perang diikuti olehnya. Peperangan pun tidak dapat dihindari sebab adanya perintah Allah SWT untuk membela diri.
Peperangan yang dilakukannya pun sekadar untuk menegakkan agama Allah SWT dan mempertahankan diri. Tujuh perang besar yang diikuti Rasulullah, yaitu Perang Badar, Uhud, Ghatafan, Khandaq, Khaibar, Mu’tah, dan juga Hunain.
Peperangan yang dilakukannya pun sekadar untuk menegakkan agama Allah SWT dan mempertahankan diri. Tujuh perang besar yang diikuti Rasulullah, yaitu Perang Badar, Uhud, Ghatafan, Khandaq, Khaibar, Mu’tah, dan juga Hunain.
Sesudah menceritakan kisah-kisah Rasulullah SAW, Sultan Salahuddin al-Ayyubi menjadikan kegiatan tersebut selaku fasilitas untuk mengobarkan semangat juang dan juga berkorban untuk menyelamatkan umat Islam diseluruh dunia. Dampaknya nampak positif dengan kemenangan Salahuddin.
Akhirnya, Sultan Salahuddin al-Ayyubi berhasil memimpin tentara Islam memasuki Yerusalem dengan mengalahkan pasukan Salib yang dipimpin oleh Richard. Sesudah perang tersebut, peringatan Maulid Nabi Muhammad lalu diselenggarakan oleh penguasa Islam di Timur Tengah.
Hingga zaman sekarang, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW selalu di pertahankan oleh berbagai kalangan. Tradisi tersebut dipertahankan guna untuk membesarkan nama, mencintai beliau dan juga meneladani ajarannya.
Arti Makna dan Hikmah Maulid Nabi
Memperingati maulid Nabi Muhammad saw memiliki beberapa nilai dan makna, diantaranya:
Pertama, nilai spiritual. Setiap insan muslim akan mampu menumbuhkan dan menambah rasa cinta pada beliau saw dengan maulid. Luapan kegembiraan terhadap kelahiran nabi saw merupakan bentuk cerminan rasa cinta dan penghormatan kita terhadap Nabi pembawa rahmat bagi seluruh alam sebagaimana surah Yunus; 58. Karena figur teladan ini diutus untuk membawa rahmat bagi seluruh alam (surah al-Anbiya’; 107). Kegembiraan Abu Jahal dengan kelahiran Nabi saw saja dapat mengurangi siksa neraka yang ia cicipi tiap hari senin. Apalagi kegembiraan itu disertai dengan keimanan. Dengan memperingati maulid, kita akan sendirinya ingat dengan perintah bershalawat kepada Nabi saw. Allah swt dan malaikat pun telah memberi contoh bagi kita dengan selalu bershalawat kepada beliau saw (surah al-Ahzab;56).
Kedua, nilai moral dapat dipetik dengan menyimak akhlak terpuji dan nasab mulia dalam kisah teladan Nabi Muhammad saw. Mempraktikan sifat-sifat terpuji yang bersumber dari Nabi saw adalah salah satu tujuan dari diutusnya Nabi saw. Dalam peringatan maulid Nabi saw, kita juga bisa mendapat nasehat dan pengarahan dari ulama agar kita selalu berada dalam tuntunan dan bimbingan agama.
Ketiga, nilai sosial. Memuliakan dan mem-berikan jamuan makanan para tamu, terutama dari golongan fakir miskin yang menghadiri majlis maulid sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta. Hal ini sangat dianjurkan oleh agama, karena memiliki nilai sosial yang tinggi (surah al-Insan;8-9).
Keempat, nilai persatuan akan terjalin dengan berkumpul bersama dalam rangka bermaulid dan bershalawat maupun berdzikir. Diceritakan bahwa Shalahuddin al-Ayubi mengumpulkan umat islam dikala itu untuk memperingati maulid Nabi saw. Hal itu dilakukan oleh panglima islam ini bertujuan untuk mempersolid kekuatan dan persatuan pasukan islam dalam menghadapi perang salib di zaman itu.
Posting Komentar