Home » » Makna Dari Lagu Gundul Gundul Pacul

Makna Dari Lagu Gundul Gundul Pacul

Written By lesbumi on Jumat, 09 Desember 2016 | 13.36

Makna dari Lagu Gundul Gundul Pacul 
Bagi temen-temen yang berasal dari Jawa mungkin tidak asing lagi
dengan lagu Gundul Gundul Pacul yang biasa kita nyanyikan sewaktu
kita ngumpul-ngumpul dengan temen-temen baik di lingkungan
rumah maupun disekolahan.
Liriknya adalah demikian :
Gundul gundul pacul-cul,gembelengan…Nyunggi nyunggi wakul-kul,
gembelengan…
Wakul ngglimpangsegane dadi sak latar…
Tembang Jawa ini diciptakan tahun 1400an oleh Sunan Kalijaga
dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis
yg dalam dan sangat mulia.
Gundul
adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan,
kemuliaan seseorang.
Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala.
Maka gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota.
Pacul (cangkul)
Adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah petani.
Gundul pacul
Artinya bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi
mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul,
mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Orang Jawa mengatakan pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas),
artinya bahwa:
Kemuliaan seseorang akan sangat tergantung empat hal, yaitu bagaimana
menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.
Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.
Gembelengan
Gembelengan artinya besar kepala, sombong dan bermain-main
dalam menggunakan kehormatannya.
Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban
amanah rakyat. Tetapi dia malah:
1. Menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya.
2. Menggunakan kedudukannya untuk berbangga-bangga di antara
    manusia.
3. Dia menganggap kekuasaan itu karena kepandaiannya.
Nyunggi wakul, gembelengan Nyunggi wakul
Artinya membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya.Banyak pemimpin
yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting membawa bakul
dikepalanya.
Wakul
Adalah simbol kesejahteraan rakyat.
Kekayaan negara, sumberdaya, Pajak adalah isinya. Artinya bahwa kepala
yang dia anggap kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat.
Kedudukannya di bawah bakul rakyat.
Siapa yang lebih tinggi kedudukannya, pembawa bakul atau pemilik bakul?
Tentu saja pemilik bakul.
Pembawa bakul hanyalah pembantu si pemiliknya.
Dan banyak pemimpin yang masih gembelengan (melenggak lenggokkan
kepala dengan sombong dan bermain-main).
Akibatnya
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar Bakul terguling dan nasinya
tumpah ke mana-mana.
Jika pemimpin gembelengan, maka sumber daya akan tumpah ke
mana-mana. Dia tak terdistribusi dengan baik. Kesenjangan ada
dimana-mana. Nasi yang tumpah di tanah tak akan bisa dimakan
lagi karena kotor. Maka gagallah tugasnya mengemban amanah rakyat!
Semoga kita jadi pribadi yang memiliki integritas sehingga siap
menjadi suri tauladan dimanapun kita berada.


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : NU | GP. ANSOR | PP Muslimat NU
Copyright © 2011. LESBUMI NU TARAKAN - All Rights Reserved
Dukungan MUI dan Kota Tarakan
Proudly powered by Blogger
}); //]]>