Home » » Panduan Sholat Dhuha

Panduan Sholat Dhuha

Written By lesbumi on Minggu, 25 Desember 2016 | 20.27


Melaksanakan ibadah secara kontinu (terus-menerus) baik itu ibadah wajib maupun ibadah sunah memang memerlukan azzam (keinginan) yang sangat kuat, kecuali yang diberi rahmat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Begitu juga dengan sholat dhuha, sholat sunah yang mempunyai segudang manfaat serta keutamaan ini memang masih jarang yang melakukannya.

Namun seiring semakin banyak pengusaha muslim yang mengerti keutamaan sholat dhuha. Mereka mulai menerapkan pelaksanaan sholat dhuha untuk para karyawannya, bahkan sebagian perusahaan mengganti absensi karyawan dengan sholat dhuha sebelum mulai bekerja.

Hal ini tentu menjadi berita gembira untuk kita semua, dengan semakin banyak orang yang melakukan ketaatan kepada Alloh maka negeri ini bisa menjadi baldatun thoyibatun wa robbun ghofur (negeri yang baik dan selalu mendapat ampunan Alloh Subhanahu wa ta’ala).

Sholat dhuha termasuk ibadah tauqifiyyah yaitu ibadah yang telah ditetapkan taca cara pelaksanannya. Sehingga dalam mengerjakan sholat dhuha kita harus bersandar pada dalil ataupun sumber hukum yang dapat dipertanggung jawabkan (shahih).

Pengertian Sholat Dhuha
Sholat dhuha adalah sholat sunah yang dikerjakan pada waktu dhuha. Sedangkan waktu dhuha adalah waktu waktu ketika matahari mulai meninggi kurang lebih 7 hasta hingga menjelang waktu dhuhur.
Untuk lebih memudahkan pemahaman, waktu dhuha dimulai saat matahari sudah memancarkan sinarnya sehingga muncul bayang-bayang pada setiap benda yang disinarinya.

Sholat dhuha berbeda dengan sholat isyroq, meskipun waktunya sangat berdekatan. Pelaksanaan sholat isyroq sejak terlewatnya waktu yang dilarang untuk melaksanakan sholat yaitu setelah matahari terbit.
Sedangkan sholat dhuha dilaksanakan setelah matahari mulai meninggi. Dengan kata lain waktu sholat dhuha dimulai setelah waktu sholat isyroq berakhir.

Dalil Tentang Anjuran Melaksanakan Sholat Dhuha
Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim disebutkan bahwa manusia mempunyai 360 persendian yang kesemuanya memiliki kewajiban bersedekah.
Diantara bentuk sedekah tersebut dapat berupa ucapan kalimatul khoir; kalimat kebaikan seperti tasbih, tahmid, tahlil; dapat juga berupa perbuatan baik seperti amar ma’ruf dan nahi munkar.
Semua bentuk sedekah tersebut dapat diganti hanya dengan satu amalan yaitu sholat dhuha. Berikut hadits lengkapnya:
Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى

“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) adalah sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. itu semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan sholat dhuha sebanyak 2 raka’at.” (HR. Muslim no. 72).

Seluruh persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah, padahal persendian yang ada pada seluruh tubuh manusia adalah 360 persendian. Hal ini sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berikut,

إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ

 “Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian.” (HR. Muslim no. 1007)
Namun sedekah seluruh persendian tersebut dapat diganti dengan 2 rakaat sholat dhuha sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Buraidah,

أَبِى بُرَيْدَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « فِى الإِنْسَانِ سِتُّونَ وَثَلاَثُمِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةً ». قَالُوا فَمَنِ الَّذِى يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوِ الشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ

“Dari Buraidah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun bertanya, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah (dahak) di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan sholat dhuha dua raka’at.” (HR. Ahmad, 5/354. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi)

Hukum Melaksanakan Sholat Dhuha
Menurut jumhur ulama termasuk para ulama Maliki dan Syafi’i, hukum sholat dhuha adalah sunah mu’akadah dan boleh dirutinkan. Dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana yang telah kami jelaskan tentang anjuran melaksanakan sholat dhuha diatas.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu rutin melaksanakan sholat dhuha, begitu pula para sahabat Beliau. Mereka seakan tidak ingin melewatkan keutamaan yang akan didapat jika merutinkan ibadah sunah ini.
Berikut ini kutipan nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu untuk merutinkan 3 ibadah sunah yang memiliki banyak keutamaan,

أَوْصَانِى خَلِيلِى – صلى الله عليه وسلم – بِثَلاَثٍ صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى ، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ

“Kekasihku –yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- mewasiatkan tiga nasihat padaku:
[1] Berpuasa tiga hari setiap bulannya,
[2] Melaksanakan sholat dhuha dua raka’at, dan
[3] Berwitir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1981 dan Muslim no. 721)
Sedangkan dalil yang menyebutkan bahwa sholat dhuha boleh dikerjakan secara rutin adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR. Muslim no. 783)

Keutamaan (Fadhilah) Sholat Dhuha
Sholat Dhuha memiliki keutamaan atau fadhilah yang sangat agung. Adapun hadits-hadits yang berbicara mengenai keutamaan sholat Dhuha, di antaranya adalah sebagai berikut:

     1. Sholat Dhuha Dapat Mencukupi Kewajiban Sedekah Seluruh Persendian.
Setiap orang pasti senang untuk melakukan amalan sedekah. Bahkan kita pun diperintahkan setiap harinya untuk bersedekah dengan seluruh persendian. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa seluruh persendian manusia mempunyai kewajiban sedekah.

Ada suatu amalan yang bisa menggantikan amalan sedekah tersebut yaitu sholat dhuha. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Buraidah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun bertanya, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah (dahak) di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan sholat dhuha dua raka’at.” (HR. Ahmad, 5/354)

     2. Mengerjakan Sholat Dhuha 4 Rakaat Membawa Kecukupan Sepanjang Hari
Dalilnya sebagaimana hadits qudsi riwayat Nu’aim bin Hammar radhiyallahu ‘anhu,

عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ الْغَطَفَانِىِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ

Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.”(HR. Ahmad 5/286, Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475 dan Ad Darimi no. 1451)
Muhammad Syamsul Haq Al Azhim Abadi dalam bukunya ‘Aunul Ma’bud menyebutkan, “Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa sholat dhuha akan menyelematkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa sholat dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya, atau maknanya bisa lebih luas dari itu.”

Imam Suyuthi dan Imam Syaukani juga menjelaskan makna ‘mencukupkan’ dalam hadits diatas adalah melindunginya dari segala bencana dan kejadian yang merugikan.
Bisa juga yang dimaksud adalah menjaganya dari dosa-dosa dan memberikan maaf kepadanya manakala ia sudah telanjur melakukan dosa atau dengan pengertian yang lebih luas lagi.

     3. Wasiat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Agar Dikerjakan Setiap Hari
Wasiat ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tujukan untuk Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, juga berlaku untuk umat muslim hingga akhir zaman. Abu Hurairah mengatakan,
“Kekasihku – yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam – mewasiatkan tiga nasehat padaku: Berpuasa tiga hari setiap bulannya, melaksanakan sholat dhuha dua raka’at dan berwitir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1981 dan Muslim no. 721)

     4. Sholat Dhuha Adalah Sholat Awwabin
Menurut Imam al-Shan’ani rahimahullah, “Al-Awwab adalah yang banyak kembali kepada Allah Ta’ala dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa dan melaksanakan perbuatan-perbuatan baik.” (Subul al-Salam: 2/293 dari Maktabah Syamilah).
Istilah sholat Awwabin digunakan untuk menyebut sholat dhuha. Ini terdapat dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

أوصاني خليلي بثلاث لست بتاركهن أن لا أنام إلا على وتر وأن لا أدع ركعتي الضحى فإنها صلاة الأوابين وصيام ثلاثة أيام من كل شهر

“Kekasihku (Muhammad) mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang aku tidak meninggalkannya: agar aku tidak tidur kecuali setelah melakukan shalat witir, agar aku tidak meninggalkan dua rakaat sholat dhuha karena ia adalah shalat awwabin serta agar aku berpuasa tiga hari setiap bulan” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Khuzaimah)
Dalam kitab Bulughul maram, Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa sholat yang dikerjakan pada waktu dhuha disebut juga denga sholat awwabin karena pada saat itu jiwa ini cenderung untuk istirahat, maka sibuk mengerjakan shalat di dalamnya lebih mengutamakan mencari ridha Allah Ta’ala dari pada menuruti keinginan jiwa. (Lihat Bulughul Maram dengan Ta’liqnya Ithaful Kiram, hal. 112).

Ada juga yang berpendapat sholat awwabin adalah sholat antara Maghrib dan Isya’. Akan tetapi pendapat yang lebih rajih (kuat) berdasarkan hadits Abu Hurairah diatas adalah sholat dhuha.

     5. Sholat Dhuha Merupakan Ghanimah Terbanyak
Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar para sahabatnya membicarakan tentang ghanimah (harta rampasan perang), maka beliau menunjukkan amal yang lebih banyak daripada ghanimah-ghanimah itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



مَنْ تَوَضَّأَ ثُمَّ غَدَا إِلىَ الْمَسْجِدِ لِسَبْحَةِ الضُّحىَ، فَهُوَ أَقْرَبُ مَغْزىً وَأَكْثَرُ غَنِيْمَةً وَأَوْشَكُ رَجْعَةً

“Barangsiapa berwudhu kemudian pergi pada waktu pagi ke masjid untuk melaksanakan sholat dhuha, maka hal itu adalah peperangan yang paling dekat, ghanimah yang paling banyak, dan kembalinya lebih cepat”. (HR. Tirmidzi dan Ahmad; hasan shahih).
Hadits ini menunjukkan keutamaan sholat dhuha dan hubungannya dengan rezeki. Bahwa siapa yang mengamalkan sholat dhuha, ia akan mendapatkan lebih banyak dari harta rampasan perang (rezeki), baik dalam hal kuantitas harta maupun keberkahannya.

     6. Manfaat Sholat Dhuha Bagi Kesehatan
Selain beberapa keutamaan (fadhilah) sholat dhuha seperti yang disebutkan diatas, rutin menjalankan sholat dhuha juga bermanfaat bagi kesehatan tubuh orang yang menjalankannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sholat dhuha itu shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena mulai panas tempat berbaringnya.” (HR. Muslim).

Oleh karena itu pada waktu-waktu tersebut kita membutuhkan peregangan untuk kesiapan kita menyongsong hari penuh tantangan. Caranya adalah dengan melaksanakan sholat dhuha.
Dr. Ebrahim Kazim (seorang dokter, peneliti serta direktur dari Trinidad Islamic Academy) menjelaskan bahwa sholat memiliki kombinasi unik dari setiap gerakannya bagi tubuh. Gerakan teratur dari sholat menguatkan otot beserta tendonnya, sendi serta berefek luar biasa terhadap sistem kardiovaskular.

Selain sebagai peregangan untuk menyongsong hari yang penuh tantangan, Sholat dhuha mampu menghilangkan resiko stress yang timbul karena kesibukan yang kita lalui. Dengan melaksanakan sholat dhuha kita istirahat sejenak dari segala aktifitas sehingga kita merasa rileks dan stres pun dapat terhindarkan.
Lebih lanjut Dr. Ibrahim Kazim menyatakan bahwa secara bersamaan, ketegangan di pikiran akan berkurang disebabkan komponen spiritual saat sholat, dengan adanya sekresi enkefalin, endorphin, dinorfin dan semacamnya.

Waktu Sholat Dhuha
Waktu sholat dhuha terbentang sejak matahari meninggi hingga dekat dengan waktu zawal (tergelincirnya matahari ke barat). (Lihat Minhatul ‘Allam, 3/342)
Adapun waktu yang paling utama mengerjakan sholat dhuha adalah ketika matahari sudah mulai panas (dekat dengan waktu berakhirnya dhuha).

Sebagaimana riwayat dari Al Qosim As Syaibani bahwasanya Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu melihat beberapa orang melakukan sholat dhuha, kemudian Zaid mengatakan: “Andaikan mereka tahu bahwa sholat setelah waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

”Shalat para Awwabin adalah ketika anak unta mulai kepanasan.” (HR. Muslim 748).
Dalam Fikih Manhaji Imam Syafi’i dijelaskan bahwa waktu terbaik itu ditandai dengan padang pasir terasa panas dan anak unta beranjak.
Imam An-Nawawi mengatakan: ulama madzhab kami (syafi’iyah) mengatakan: “Waktu ketika matahari mulai panas adalah waktu yang paling utama untuk melaksanakan sholat dhuha, meskipun dibolehkan shalat sejak terbit matahari mulai meninggi sampai menjelang tergelincirnya matahari. (Syarh Shahih Muslim, 6/30).

Syarat Sah Sholat Dhuha
Syarat sah sholat dhuha sama seperti sholat pada umumnya. Sebelum sholat disyaratkan suci dari hadats kecil maupun hadats besar; suci badan, pakaian dan tempat dari najis; menutup aurat; menghadap kiblat serta dikerjakan pada waktu dhuha.

Niat Sholat Dhuha
Niat berarti keinginan kepada sesuatu dan kemauan keras untuk melakukan sesuatu. Sebagian ulama menyamakan antara niat dengan ikhlas yaitu mengikhlaskan agama hanya kepada Allah Ta’ala. Karena maksud utama dari niat itu sendiri adalah ibadah kepada Allah.

Hal ini sebagaimana definisi yang diberikan Imam Nawawi rahimahullah dalam kitab Qawaid Wa Fawaid Min Al Arbain An Nawawiyyah, Hal. 30.
Niat sholat dhuha cukup dikerjakan di dalam hati. Ketika seseorang hendak melaksanakan sholat dhuha maka ia sudah pasti memiliki niat untuk sholat dhuha, ini sudah cukup dikatakan niat sholat dhuha. Karena Allah Ta’ala Maha Mengatahui isi hati manusia.

Lebih jelasnya seperti yang dikatakan Syaikh al Utsaimin rahimahullah dalam Syarh Al Raba’in An Nawawiyyah, Hal. 9,
“Perlu diketahui bahwasanya tempat niat ada di hati dan bukan di lisan. Karena sesungguhnya engkau beribadah kepada Dzat yang mengetahui orang yang berkhianat dan mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi di dalam hati. Allahlah Dzat yang Maha mengetahui apa yang ada di setiap dada manusia. Tentunya engkau tidak bermaksud untuk berdiri di hadapan Dzat yang bodoh sehingga engkau harus mengucapkan apa yang engkau niatkan namun engkau berdiri karena takut kepada-Nya karena Dia Dzat yang mengetahui was-was dalam hatimu, Dzat yang akan membalikkan hatimu. Meskipun demikian tidak ada satupun hadits shahih yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak juga dari sahabat radhiallahu’anhum bahwasanya mereka melafadzkan niat.

Jumlah Rakaat Sholat Dhuha
Tidak seperti sholat fardhu yang telah ditentukan jumlah rakaatnya masing-masing, sholat sunah dhuha tidak memiliki ketentuan yang tegas mengenai rakaat yang harus dilaksanakan. Selain itu, tidak ada juga keterangan tentang berapa batasan maksimal jumlah rakaat sholat dhuha.

Namun demikian, para ulama dikalangan fukaha sepakat bahwa sholat dhuha dikerjakan paling sedikit sebanyak 2 rakaat. Hal sebagaimana hadits riwayat Muslim dari Abu Dzar yang telah disebutkan diatas,

“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) adalah sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. itu semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan sholat dhuha sebanyak 2 raka’at.” (HR. Muslim no. 72)

Hadits dari Abu Hurairah diatas diperkuat dengan hadits shahih riwayat Ahmad dari Buraidah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun bertanya, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah (dahak) di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan sholat dhuha dua raka’at.” (HR. Ahmad, 5/354).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang mengerjakan sholat dhuha sebanyak empat rakaat, kadang delapan rakaat. Namun sebagian ulama ada yang membatasi jumlah rakaat maksimal 12 rakaat, ada yang yang mengatakan bisa lebih banyak lagi hingga waktu dhuha habis.
Namun demikian tidak ada keterangan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang berapa batasan maksimal jumlah rakaat sholat dhuha.

Dalil yang menunjukkan kebolehan sholat dhuha lebih dari 2 rakaat adalah hadits qudsi yang diriwayatkan Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at sholat di awal siang (di waktu dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang”. ( HR. Ahmad 5/286, Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475 dan Ad Darimi no. 1451)

Begitu pula diperkuat dengan hadits riwayat ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berikut,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعًا ، وَيَزِيدُ مَا شَاءَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat dhuha sebanyak empat (rakaat), kadang beliau menambah sesuai keinginannya.” (HR. Muslim no. 1176).
Hadits-hadits tersebut menunjukkan bolehnya mengerjakan sholat dhuha lebih dari 2 rakaat. Adapun batasan maksimal rakaat sholat dhuha tidak ada dalil yang kuat tentang ini.
Hali ini sebagaimana yang disebutkan Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah dalam kitab Asy Syarhul Mumthi’ ‘alaa Zadil Mustaqni’ 2/54.

Tata Cara Sholat Dhuha
Tata cara mengerjakan sholat dhuha sama dengan sholat sunah pada umumnya. Meskipun ada yang ingin mengerjakan sholat dhuha lebih dari 2 rakaat, tetap dikerjakan 2 rakaat salam kemudian baru menambah rakaat sesuai dengan keinginannya.

Berikut ini tata cara sholat dhuha dari mulai niat sampai salam:
Berniat di dalam hati untuk melaksanakan sholat dhuha.
Takbiratul ikram, lebih baik jika diikuti dengan doa iftitah
Membaca surat Al Fatihah
Membaca surat atau ayat Al quran
Ruku’, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud, sujud kedua. Usahakan semua dilakukan dengan penuh tuma’ninah
Setelah rakaat pertama selesai lanjutkan dengan rakaat kedua persis seperti rakaat pertama, kemudian diakhiri dengan Tasyahud Akhir serta ditutup dengan Salam.
Setelah selesai melaksanakan sholat dhuha, disunahkan membaca doa yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Doa tersebut dapat dibaca di bagian akhir artikel ini.

Jika masih ada yang kurang paham dengan penjelasan tentang tata cara sholat dhuha yang telah dijelaskan diatas. Ada baiknya menyimak tata cara sholat dhuha dalam bentuk video dibawah ini. Karena sebagian orang lebih mudah memahami sesuatu dengan cara visual.

Bacaan Sholat Dhuha
Bacaan sholat dhuha sama dengan bacaan sholat pada umumnya, tidak ada sedikitpun perbedaan. Jika anda sudah hafal bacaan sholat wajib maka bacaan itu juga yang dibaca ketika melaksanakan sholat dhuha.

Doa Setelah Sholat Dhuha
Doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah melaksanakan sholat dhuha adalah sebagaimana yang diriwayatkan Aisyah radhiyallahu ‘anha,

عن عائشة رضي الله عنها قالت: صلَّى رسولُ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الضحى، ثم قال: “اللهُمَّ اغْفِرْ لي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ   حتى قالها مائة مرة

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat dhuha kemudian membaca doa “Allahummaghfirli wa tub ‘alayya innaka antat tawwaburrahim” (Ya Allah, ampunilah aku, terimalah taubatku, karena sesungguhnya Engkau maha menerima taubat lagi Maha Penyayang), beliau membacanya hingga seratus (100) kali. (HR. Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad No. 619; HR. Al-Nasa-i No. 9935).

doa sholat dhuha
Selain membaca doa tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga membaca doa berikut selepas melaksanakan sholat dhuha,

اَللّهُمَّ اِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَائُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللّهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَاءِ فَاَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَاَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسِّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ اَتِنِى مَااَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Allaahumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ‘ishmata ‘ishmatuka. Allaahuma inkaana rizqii fis samma-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’assaran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, wa inkaana ba’iidan fa qarribhu, bihaqqi duhaa-ika wa bahaa-ika, wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa ataita ‘ibaadakash shaalihiin.

Terjemahan doa tersebut adalah:
“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi, maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang saleh

Demikianlah bacaan doa setelah sholat dhuha, silahkan dipelajari dan dihafalkan untuk kemudian dibaca selepas menunaikan sholat dhuha.
semoga dengan penjelasan tentang sholat dhuha beserta tata caranya semakin memotivasi kita dalam mengamalkan sunnah Nabi ini, serta menjadikan sholat dhuha sebagai salah satu kebiasaan rutin.

Semoga bermanfaat.


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : NU | GP. ANSOR | PP Muslimat NU
Copyright © 2011. LESBUMI NU TARAKAN - All Rights Reserved
Dukungan MUI dan Kota Tarakan
Proudly powered by Blogger
}); //]]>