Home » » PENGERTIAN DAN HIKMAH MANAQIB

PENGERTIAN DAN HIKMAH MANAQIB

Written By lesbumi on Senin, 12 Desember 2016 | 18.13

Manaqib yaitu biografi atau riwayat hidupnya orang-orang yang sholeh. Sedangkan riwayat hidup orang-orang yang zholim tidak disebut manaqib. Menurut bahasa kata manaqib itu berasal dari bahasa Arab. Manaqib adalah bentuk jamak dari mufrod manqobah, yang di antara artinya adalah cerita kebaikan amal dan akhlak perangai terpuji seseorang.

Dalam Al-Quran dikatakan:
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar". (At-Taubat 100).

Terbuktilah bahwa orang-orang yang mendapatkan kenikmatan dari Allah adalah orang yang mengikuti jejak langkahnya orang-orang yang mengikuti kepada Rosululloh saw.

Tiap tarekat mempunyai manaqibnya masing-masing, yang semuanya itu merupakan pelajaran yang mulia kepada yang mengikutinya.

Firman Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya adanya riwayat hidup para leluhur itu adalah pelajaran untuk seluruh manusia yang mempunyai akal".

Di dalam manaqib biasanya diterangkan keanehan-keanehan yang mempunyai manaqib tersebut, itu disebutnya karomah, yang tidak menyelisihi keanehan-keanehan yang diterangkan oleh Allah di dalam Al-Quran.

Karomah tersebut disebut Khowariqul Adat (perkara yang luar biasa), yang dikategorikan sebagai berikut:

1) Irhash, yaitu perkara luar biasa dari seseorang yang akan menjadi nabi.
2) Mu'jizat, yaitu perkara luar biasa yang keluar dari seorang nabi.
3) Karomat, yaitu perkara luar biasa yang keluar dari seorang wali (orang yang mengikuti jejak langkah nabi).
4) Ma'unat, yaitu perkara luar biasa yang keluar dari seorang mu'min yang mengikuti jejak langkah wali.
5) Istijrod, yaitu perkara luar biasa dari seseorang yang mengikuti jejak syetan.

Yang 5 perkara ini walaupun dianggap di luar kebiasaan, tetapi kalaulah diukur oleh akal tidak menjadi aneh, karena menurut penjelasan Nabi saw; akal itu dibagi kepada 3 fungsi, yaitu:

1) Akal berfungsi untuk ma'rifat kepada Allah dan semua perkara yang datang dari Allah swt.
2) Akal berfungsi untuk melaksanakan ta'at kepada perintah dari Allah swt.
3) Akal berfungsi untuk mencegah ma'siat yang dilarang oleh Allah swt.

Seumpamanya seseorang telah bisa menggunakan akalnya sesuai dengan fungsinya, maka orang tersebut tidak akan menolak kepada karomahnya para wali atau apapun sesuatu yang aneh-aneh, maka akal tersebut tergolong AKAL YANG SEHAT, yang bisa menjadikan sehat jasad, nyawa dan rasanya.

Biasanya acara atau pengajian manaqib berisi:
1. Pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran
2. Doa
3. Dzikir
4. Manqobah (menceritakan kejadian luar biasa yang dialami orang mempunyai manaqib tersebut)
5. Ceramah agama (tauziyah)
6. Pembacaan sholawat
7. dan lain-lain
   
Telah bersabda Nabi saw:
dzikrush shòlihìn kaffàrotun 'anidz dzunùbi wa 'ingda dzikrish shòlihìna tangzulur rohmatu wa tahshulul barokatu.

"Mengingat-ingat orang yang sholeh dapat menjadi kifarat untuk menebus dosa. Dan ketika sedang dalam kondisi mengingat-ingat orang yang sholeh tersebut, maka diturunkan oleh Allah swt rohmat, serta dapat menghasilkan barokah". (HR.Ahmad-Thobroni).

Yang dimaksud dengan dzikrush sholihin adalah manaqib, karena di dalam manaqib ada kegiatan mengingat-ingat riwayat, karomat dan wasiatnya orang yang sholeh tersebut.

Jadi manaqib adalah:
1) Alat untuk menebus dosa.
2) Alat untuk menerima dan mengumpulkan kucuran Rohmat Allah swt.
3) Alat untuk menghasilkan suatu berkah.

Telah berkata Syekh Mursyid Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin: "Apabila sedang mengikuti suatu manaqib, maka harus seperti sedang Wukuf di Arofah".

Arti wukuf adalah DIAM. Jadi untuk menghasilkan tiga alat di dalam manaqib tersebut, harus dengan cara wukuf, yaitu diamnya 7 indra dari anggota badan, yaitu:

(1) telinga tidak mendengarkan suara kecuali suara dari bacaan-bacaan yang dibacakan dalam manaqib.
(2) mata dipejamkan.
(3) hidung bernafas keluar dan masuknya harus diiringi dengan dzikir khofi.
(4) mulut tidak bersuara, kecuali ketika sedang membacakan bacaan-bacaan dalam manaqib.
(5) tangan tidak memegang kecuali alat-alat manaqib.
(6) perut tidak diisi oleh makanan atau minuman ketika sedang berjalan acara manaqib.
(7) kaki dalam posisi diam, baik dengan duduk ataupun berdiri.

Dan yang paling utama adalah HATI harus dalam bertawajuh (berdzikir kepada Allah swt).

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : NU | GP. ANSOR | PP Muslimat NU
Copyright © 2011. LESBUMI NU TARAKAN - All Rights Reserved
Dukungan MUI dan Kota Tarakan
Proudly powered by Blogger
}); //]]>